Seneste
Bilangan Imajiner : Sejarah dan Filosofinya
Sejarah matematika tidak bisa dilepaskan dari penemuan dan pengembangan bilangan imajiner. Saat ini bilangan imajiner masih digunakan secara luas dalam berbagai bidang, baik untuk keperluan teoritis maupun praktis. Tetapi sedikit orang yang mengetahui kisah dibalik pengembangan bilangan ini yang telah dipenuhi dengan petualangan dan teka-teki. Juga tidak banyak orang yang mengetahui persentuhan penting bilangan imajiner (atau bilangan kompleks) dengan Landasan Matematika, yang memiliki kaitan penting dengan teori filsafat, ilmu logika dan uraian latar belakang sejarahnya.
Hilman Permana Alisabana
Hidrostratigrafi CAT Bandung-Soreang dengan pendekatan analisis log resistivitas dan log pemboran
Makalah ini bertujuan untuk mereka-ulang hidrostratigrafi endapan volkanik di Cekungan Air Tanah (CAT) Bandung-Soreang dengan pendekatan analisis data (logging) pemboran. Data yang digunakan meliputi data posisi dan debit mataair (142 titik), sumur gali (100 titik), dan sumur pengeboran (111 titik). Data pemboran meliputi: deskripsi lumpur pemboran (cutting) log pengeboran, dan log resistivitas.
Sumber endapan volkanik di CAT Bandung – Soreang bagian utara Sungai Citarum berasal dari Gunung Tangkubanparahu (2064 mdpl). Sebanyak 142 titik mataair yang memiliki kisaran debit 1 (L/detik) hingga 15 (L/detik) dengan kemunculan berada pada tiga zonasi ketinggian: a) lebih dari 1200 mdpl, b) 900 – 1200 mdpl, dan c) antara 600 – 900 mdpl. Sebagian besar mataair tersebut berjenis mataair depresi yang muncul pada akuifer media rekahan berupa batuan lahar dan lava. Enam lintasan korelasi litologi telah dibuat terdiri dari dua jalur berarah barat-timur dan empat jalur berarah utara-selatan. Pada tiap titik bor dilakukan transformasi data resistivitas dan densitas tiap lapisan batuan dari data log pemboran menjadi nilai porositas (θ) dan permeabilitas relatif (Kr) (Baker-Hughes Atlas of Log Responses) Korelasi disusun berdasarkan kemiripan nilai porositas dan permeabilitas relatif antar pemboran. Hasilnya adalah tiga Unit Hidrostratigrafi (UHs) dan enam Sub-UHs
UHs 1 berada pada posisi paling atas dekat dengan permukaan yang terdiri dari tiga Sub UHs (Sub UHs 1.1, 1.2, dan 1.3). Unit ini tersusun atas lapisan akuifer tuf dan pasir, dengan kisaran nilai permeabilitas antara 0,0014 – 0,1 (m/hari). Masing-masing Sub UHs dibatasi oleh lapisan lempung dan berperan sebagai akuiklud dengan nilai K berkisar 0,001 - 0,002 (m/hari). UHs 1 menempati elevasi di atas 650 mdpl. Di bawahnya terdapat UHs 2 yang terletak pada kisaran elevasi 625 mdpl hingga 650 mdpl. Unit ini terbagi menjadi dua sub UHs (Sub UHs 2.1 dan 2.2). Kedua Sub UHs tersusun oleh lapisan akuifer tuf dan pasir dengan kisaran nilai K antara 0,1 (m/hari) hingga 6 (m/hari). Tiap Sub UHs dibatasi oleh lapisan lempung dengan nilai K antara 0,002 hingga 0,007 (m/hari). UHs 3 terdiri dari satu Sub UHs (Sub UHs 3.1) terletak pada elevasi 500 mdpl hingga 625 mdpl. Unit ini tersusun oleh lapisan akuifer tuf, pasir, dan breksi volkanik dengan nilai K antara 0,3 (m/hari) hingga 7,1 (m/hari). Lapisan lempung pada unit ini memiliki nilai K antara 0,02 hingga 0,04 (m/hari).
Bambang Sunarwan, Dasapta Erwin Irawan, Deny Juanda Puradimaja, Sudarto Notosiswoyo, Imam A. Sadisun, Taat Setiawan